Aksi, Poligami dan Neraka dalam Islam
(Pemahaman Baru,
Motivasi bagi Pengusaha)
Pendahuluan
S
|
eorang
pemuda datang dengan tergopoh-gopoh pada sekumpulan orang kaya, ber bicara
dengan lantang dan mengatakan, “Wahai orang kaya. Aku butuh uang. Siapkan uang
sebanyak 5 juta. Segera! Aku tunggu seka rang juga.”
Jika
ditanyakan, adakah orang kaya yang mau membantu? Berapa banyak orang yang mau
mem bantu?
Kemungkinan
besar, tidak ada yang mau memban tu, bahkan mungkin diusir atau minimal, banyak
orang yang akan menganggap pemuda tadi adalah orang gila.
Mengapa
itu bisa terjadi? Karena orang yang berteriak tadi tidak tahu aturan, terutama
cara meminta yang sopan.
Jika
berbicara dengan orang, apalagi meminta sesuatu pada orang saja ada aturannya,
lalu bagai mana jika kita meminta pada Sang Pencipta? Apakah ada aturannya?
Pasti ada. Tapi siapa yang tahu?
Jika
kita ingin berbicara dengan Allah SWT, tentu saja hanya Allah SWT yang tahu
bagaimana aturan yang harus diikuti hamba NYA untuk me minta pada NYA.
Aturan
itu bisa diketahui dari Firman Allah SWT yang diturunkan kepada Sang Pembawa
Pesan, Rasul NYA, yakni Nabi Muhammad SAW, berupa kitab suci yang bernama Al
Qur'an.
Al
Qur'an
Al
Qur'an adalah bacaan mulia bagi muslim dan muslimat, karena dengan membaca
kitab suci tersebut, tidak saja keimanan bertambah tapi juga mendapat
ketenangan batin, serta juga berbuah pahala walaupun hanya membaca satu huruf
saja.
Beberapa
riset juga membuktikan bahwa mende ngar bacaan Al Qu’ran, tanpa memahami
artinya dapat menghilangkan stress.
Ini
bisa dipahami karena Al Qur’an ditulis dalam bahasa Arab, suatu bahasa dari
bangsa yang dikenal sebagai bangsa Penyair. Sedangkan syair bisa mengasah
qalbu. Itulah sebabnya dalam Al Qur’an juga ada surat
Penyair (Asy Syu’araa – surat 26).
Al
Qur'an terdiri dari 30 Juz, 114 Surat
dan lebih dari 6000 ayat. Pertanyaannya adalah, jika kitab suci dengan
spesifikasi seperti itu, dengan jumlah surat
dan ayat sebanyak itu, ingin diwakili hanya
dengan satu kata saja, selain namanya, maka kata apa yang paling tepat
digunakan? Apakah mung kin kita mendapatkan kata tersebut?
Melihat
jumlah Juz, surat dan ayat yang
cukup banyak, maka jika ingin mengetahui jawaban dari pertanyaan tadi, sebaiknya kita melihat pada induk dari
kitab itu saja, yaitu surat Al
Faatihah atau “Pembuka”. Surat ini
juga disebut sebagai Ummul Qur'an (Induk Al Qur'an).
Sehingga
usaha untuk mencari kata yang tepat untuk mewakili isi Al Qur'an menjadi lebih
mudah, tapi tetap sah karena Al Faatihah adalah intisari Al Qur'an. Al Faatihah
adalah rangkuman dari Al Qur'an. Al Faatihah adalah abstrak dari Al Qur'an
Seperti abstrak yang juga digunakan dalam Jurnal Ilmiah.
Al
Faatihah
Al
Faatihah adalah surat Makkiyah yang
artinya diturunkan di Kota Mekah, walaupun ada yang menyatakan surat
ini juga diturunkan di Madinah, dan merupakan surat
pendek yang pasti dibaca oleh setiap orang saat melaksanakan Shalat, baik
Shalat wajib maupun Shalat sunat.
Minimal,
secara keseluruhan Al Faatihah dibaca sebanyak 17 kali dalam sehari semalam,
yakni 2+4+4+3+4. Sehingga surat ini
juga disebut sebagai As Sab'ul Matsaani (Tujuh yang berulang ulang). Apalagi
jika ditambah dengan Shalat sunat, seperti Rawatib, Dhuha, Lail, dll.
Surat
Al Faatihah terdiri dari 7 ayat yang berbunyi:
- Bismillaahirrahmaanirrahiim.
- Alhamdulillaahirabbil'aalamiin.
- Arrahmaanirrahiim.
- Maalikiyawmiddiin.
- Iyyaakana'buduwa-iyyaakanasta'iin.
- Ihdinaashshiraathalmustaqiim.
- Shiraathalladziinaan'amta'alayhim
ghayrilmaghdhuubi'alayhim walaadhdhaalliin.
Apa
yang ada dalam ketujuh ayat diatas? Secara sederhana akan dijelaskan
menggunakan analogi dengan harapan bisa menambah pemahaman tentang penggunaan
dan maksud dari struktur ayat-ayat dalam surat
Al Faatihah ini.
Terutama
untuk mendapatkan sebuah kata yang mewakili isi Al Faatihah. Dan selanjutnya
kata tersebut juga mewakili isi kandungan Al Qur'an, karena surat
Al Faatihah adalah intisari Al Qur'an.
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Bi
ismi – Allah - Ar Rahmaan - Ar Rahiim. Bi ismi sering diterjemahkan
menjadi “dengan nama”. Sedangkan Allah adalah nama Tuhan yang
menciptakan segala yang ada, bahkan Tuhan dari segala yang dipertuhankan
manusia, disam ping 99 nama yang ada dalam Asmaul Husna.
Ar
Rahmaan berarti Maha Pengasih. Karena Allah SWT selalu mengasihi dan
memberi kelimpahan Rezeki dan Nikmat pada semua Mah luk di semesta alam raya, tanpa
membedakan apakah mahkluk NYA durhaka atau bertaqwa. Semua akan mendapatkannya
asal mereka memin ta. Baik meminta secara langsung, maupun lewat perantara.
Dari manapun asalnya permintaan itu, maka hanya Allah SWT sajalah yang mampu
mengabulkannya.
Ar
Rahiim berarti Maha Penyayang. Karena Allah SWT memberi nikmat yang lebih
pada orang mukmin, yaitu orang yang menghubungkan dirinya dengan Tali Allah SWT
dan Rasul NYA.
Secara
urut terlihat keteraturan susunan ruang lingkup kata-katanya, yakni Allah SWT
untuk seluruh semesta alam (rabbil'aalamiin),
kemu dian Ar Rahmaan, untuk semua manusia dan Ar Rahiim khusus untuk Mukmin.
Ayat
ini diawali dengan bi ismi karena kita tidak bisa melihat wujud Allah
SWT dengan alat pengindra kita. Maka kita sebut nama NYA saja.
Allah
SWT itu ghaib, yaitu ada tapi tak bisa ditangkap oleh panca indra. Jika ada
orang yang tidak mempercayai yang ghaib, maka mereka tidak akan pernah
menemukan Tuhan yang benar.
Makanya
dalam Al Baqarah 2:3 Allah menyata kan
bahwa orang yang bertaqwa pada Allah adalah orang yang percaya dengan yang
ghaib.
Padahal
jika ingin bicara kepada siapapun, yang pertama kali harus disebutkan adalah
nama orang dengan siapa kita ingin berbicara.
Saat
pembacaan proklamasipun Bung Karno juga menyebutkan, “Atas nama Bangsa Indonesia.”
Bangsa Indonesia
tidak hadir secara keseluruhan untuk membacakan naskah proklamasi, tapi dise but
keberadaannya.
Jika
mengundang orang penting, tapi tidak bisa hadir, misalnya presiden, maka orang
yang ditunjuk untuk mewakili juga akan mengatakan, “Atas nama Bapak Presiden.”
Itu juga berarti presiden ada, tapi tidak hadir secara nyata.
Penggunaan
“dengan nama” atau “atas nama” juga menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dari
pihak yang menyebutkan kata kata “dengan nama” atau “atas nama”. Seorang
presiden tidak akan mengatakan atas nama gubernur. Karena tingkat yang mewakili
pastilah lebih rendah dari yang diwakili.
Dalam
proklamasipun, Bangsa Indonesia
tidak berjuang atas nama Soekarno dan Hatta, karena rakyat tingkatnya lebih
tinggi dari keduanya.
Dengan
Nama Allah, atau Atas Nama Allah, juga menunjukkan pengakuan atas keberadaan
Allah SWT, walaupun tidak terlihat dengan panca indra. Ini adalah konsep penting
dalam agama Islam.
Penyebutan
nama Allah dalam lanjutan bi ismi, sama seperti seorang tenaga
pemasaran, awalnya juga harus tahu siapa nama orang yang diajak bicara.
Begitu
juga dengan kita sebagai hamba Allah SWT. Kita harus menyebut nama-NYA untuk meyakinkan
diri kita bahwa kita hendak berbicara dengan Allah SWT semata, bukan yang lain,
karena ada juga manusia yang mempertuhankan selain Allah SWT, termasuk
patung-patung batu yang tidak punya kemampuan apa-apa.
Bayangkan
saja jika dalam sebuah ruangan ada beberapa orang dan kita hanya berbicara saja
tanpa menentukan dengan siapa kita bicara, pasti orang tidak perduli dengan
ucapan kita. Seperti contoh diawal tulisan ini.
Ar
Rahmaan dan Ar Rahiim juga
merupakan na ma-nama Tuhan dalam Asmaul Husna, tapi bisa juga dipahami sebagai
gelar. Sama seperti bicara dengan seseorang yang lebih dihormati, biasanya juga
disertai dengan berbagai gelar, kepangkatan atau akademis. Misalnya, Prof. Anu
atau Jenderal Banu.
Ini
menegaskan pada diri kita bahwa kita benar-benar hanya ingin bicara dengan
Allah SWT. Karena hanya Allah SWT saja yang punya gelar Ar Rahmaan dan
Ar Rahiim.
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin
Setelah
kita sebut nama dengan siapa kita akan berbicara, dan orang yang kita ajak
bicara sudah memberikan perhatian pada kita, maka kita biasanya memberi pujian
kepada orang yang kita ajak bicara, misalnya Bapak yang baik hati, atau Ibu
kelihatan cantik sekali hari ini, dan berbagai bentuk pujian lainnya.
Begitu
juga dengan Allah SWT, setelah kita memilih untuk berbicara dengan Allah SWT,
bukan Tuhan yang lain. Langkah
selajutnya ada lah memuji Allah SWT. Memuji Allah SWT ten tu berbeda dengan
memuji manusia. Segala puji yang ada, atau dalam ayat berbunyi Al Hamdu,
harus kita sampaikan pada Allah SWT (lillahi).
Itu
sebanding dengan posisi Allah SWT sebagai pencipta. Kita harus memuji sesuai
porsinya. Sebagai contoh, orang yang sangat gemuk akan marah jika dipuji, kurus
atau langsing.
Kita
juga memberikan penekanan bahwa Allah SWT adalah pemilik alam, termasuk kita
sebagai ciptaan-NYA. Itu yang dinyatakan dalam pernya taan Rabbil 'alamin.
Karena Allah SWT adalah Maha Pemelihara, Maha Pencipta, maka hanya Allah SWT
saja yang bisa menciptakan apapun kebutuhan kita dan mewujudkan semua keinginan
kita. Tiada yang lain.
Arrahmaanirrahiim
Pengucapan
Ar Rahmaanir Rahiim menunjukkan
makna yang tersirat bahwa kita akan meminta sesuatu, itulah sebabnya kita
menyebut Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Jadi tujuan kita berbicara dengan
Allah SWT adalah untuk meminta sesuatu.
Sehingga kita pertegas lagi sifat Allah SWT yang Maha Pemberi. Kalau
kita memberi misalnya, maka orang yang kita beri tidak pantas untuk dipuji
dengan sebutan pengasih atau penyayang.
Ada
perbedaan jauh antara Allah SWT dan manusia. Jika kebanyakan manusia, tidak
suka diminta sesuatu, sedangkan Allah SWT malah tidak suka jika hamba-NYA tidak
meminta kepada-NYA. Sehingga nama Ar Rahmaanir Rahiim sangat pantas.
Maalikiyawmiddiin
Permintaan
kita tidak hanya untuk sesuatu yang kita butuhkan di dunia, melainkan juga
berharap berkah nikmat sampai waktu berkumpul di kampung akhirat.
Kita
bersaksi dan mengakui bahwa, Allah SWT lah yang memiliki hari akhir (maalikiyawmiddiin). Harapan kita adalah agar
kita juga diperhatikan Allah SWT saat berada di kampung akhirat. Jadi bukan
hanya pemenuhan kebutuhan di dunia saja, dengan sifat Ar Rahmaan dan Ar
Rahiim, tapi sampai ke hari akhir nanti, dengan keyakinan bahwa Allah SWT
juga Pemilik hari yang ditentukan (maalikiyawmiddiin),
dan selanjutnya bisa memasuki Surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya.
Allah
SWT memberi apapun yang diminta setiap orang walaupun tidak beriman pada Allah
SWT karena hanya Allah SWT saja pemilik semua yang ada.
Mereka
yang tidak percaya atau tidak butuh pertolongan saat diakhirat nanti, misalnya
cukup kesenangan di dunia saja, berarti orang tersebut hanya membutuhkan sifat Ar
Rahmaan dan atau Ar Rahiim saja, tetapi tidak memerlukan keberadaan
Allah SWT yang juga sebagai pemilik hari akhir (akhirat) seperti pada ayat maalikiyawmiddiin.
Itu
bisa dipahami dari Firman Allah SWT yang artinya, “Mintalah, niscaya Aku
kabulkan”. Dan di dunia ini kita melihat bahwa itu memang terjadi, apapun
keyakinan orang, bahkan yang tidak yakinpun akan adanya Allah SWT, orang yang
kufur terhadap Allah SWT, tetap mendapat nikmat yang banyak. Asalkan saja mau
meminta.
Semua
nikmat pasti dari Allah SWT karena tidak akan mungkin ada Tuhan lain yang bisa
memberikannya. Termasuk, tidak ada manusia yang mampu memenuhi keinginannya
sendiri.
Tulisan cukup panjang. Mencerahkan. Sebaiknya jadi buku agar orang bisa membaca dan memahami Al Quran. Lanjutannya mana?
ReplyDeleteBagaimana cara mendapatkan sambungan dari tulisanini. Sangat dibutuhkan. Trims
ReplyDeleteAlhamdulillah ada pencerahan berkat penjelasannya buat penulis terima kasih banyak
ReplyDelete