skip to main
|
skip to sidebar
Agama lain mengabaikan Kiblatnya, mengapa kita juga tak acuh dengan Kiblat kita ?
Bersatulah dalam Kebenaran
Dalam pencarian saya tentang kebenaran menghadap Ka'bah adalah Syarat Syah Shalat, saya di Dewan Dakwah jalan Kramat itu juga bertemu dengan seorang yang disebut sebagai ahli ilmu falaq. Ia setuju bahwa Kiblat adalah Ka'bah. Bukan Mekah atau Masjidil Haram bagi orang yang jauh.
Untuk pertanyaan saya, kalau tidak menghadap Ka'bah apakah Shalat kita Syah, ia menjawab.
Selagi kita berjamaah dengan Muslim yang menyembah Allah, maka walaupun tidak menghadap Kiblat tidak apa, untuk menjaga persatuan.
Jika persatuan yang lebih dipentingkan, maka Nabi Muhammad SAW adalah orang yang tidak menjaga persatuan. Berbeda dari keseluruhan kebiasaan yang ada. Mengajarkan pemahaman baru.
Kita perlu bersatu kalau tujuan sama. Pemahaman sama, kalau pemahaman berbeda, yang terjadi adalah kesakitan karena gerakannya berbeda arah, sementara tali persatuan melilit kita. Jika kita tidak kuat, maka kita juga akan terbawa ke tempat yang tidak benar. Kalau kita tidak menunjukkan kesalahan itu, maka kesalahan itu akan beranak pinak.
Mengapa pembahasan jadi begitu rumit, bukankah masalahnya sangat mudah.
Percayakah anda Menghadap Ka'bah adalah Syarat Syah Shalat (Bukan anjuran atau sebaiknya)?
Jika percaya, berjihadlah dengan menggunakan teknologi dan cara manual. Kita bisa membangun rumah, mengapa tidak merasa mampu menentukan arah Ka'bah?
Marilah berusaha agar Jangan hanya menjadi manusia asal jadi. Melakukan pekerjaan yang sia-sia.
Mudah-mudahan jadi tulisan terakhir tentang kontroversi Ka'bah di blog ini. Kita akan bicara tentang topik lain di Jum'at mendatang. (Cimahi di musim Hujan)
No comments:
Post a Comment